Sejarah penamaan Cisaat pun tak lepas dari cerita rakyat atau legenda. Dia menceritakan, muncul cerita tentang mata air yang terdengar suaranya namun air tersebut tak nampak di permukaan.
“Konon pasca kerajaan Pajajaran (yang) dihancurkan oleh kerajaan Banten, di wilayah Situ Gunung ada kerajaan bernama Munding Giringan. Prabu Munding Giringan memiliki empat orang anak, yang pertama adalah Prabu Gagang Tanduran yang berkuasa di Cisolok, anak kedua Prabu Susuk Tunggal yang berkuasa di perbatasan Sukabumi-Banten, anak ketiga Prabu Boros Tunggal yang berkuasa di sekitaran Cikaso, Tegal Buleud, Sagaranten dan anak keempat Putri sekarwangi yang berkuasa sekitar Karang Tengah hingga Bojongkokosan,” jelasnya.
Suatu saat Prabu Gagang Tanduran dan Putri Sekarwangi oleh ayahnya diperintahkan untuk mencari saudaranya yaitu Prabu Susuk Tunggal dan Prabu Boros Tunggal yang sedang bertapa entah dimana. Kemudian, Putri Sekarwangi merasa kehausan dan mencari mata air.
“Terdengarlah suara mata air mengalir dengan jelas, namun saat dicari sumbernya tidak ditemui satupun mata air, hanya suaranya saja yang terdengar. Ternyata mata air itu ada didalam tanah dan sulit karena harus digali sebelum bisa diminum,” lanjutnya.
Saat itu, Putri Sekarwangi berucap bahwa tempat itu nanti suatu saat akan menjadi sebuah kampung, dan akan disebut Cisaat karena suara airnya ada tapi airnya tidak ditemukan.
Itulah asal usul penamaan Cisaat yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Terlepas dari cerita tersebut, wilayah Kecamatan Cisaat kini tengah dilanda krisis air bersih. Hal itu disampaikan oleh Ketua PMI Kabupaten Sukabumi Hondo Wusito.
Dia mengatakan, dari 23 kecamatan yang mengalami kekeringan, kecamatan Cisaat dan kecamatan Cicantayan merupakan wilayah terparah. Pihaknya pun sudah menyalurkan air bersih sebanyak 108 liter di desa-desa yang terdampak kekeringan.
“Kondisi terparah di kecamatan Cicantayan paling banyak, Cisaat juga,” ujar Hondo.
Bahkan di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, beberapa warga terpaksa menggunakan air galon untuk kebutuhan rumahtangga seperti untuk memasak dan mencuci. Pendistribusian air bersih di wilayah terdampak kekeringan masih akan dilakukan selama persediaan air PDAM mencukupi.